Di sebuah warung kopi kecil yang nyaman, hujan deras mengguyur kota, membuat air mulai menggenangi jalanan di luar. Suara hujan yang deras terdengar jelas, bercampur dengan suara gelas dan cangkir yang beradu. Aroma kopi yang baru diseduh memenuhi udara, menciptakan suasana hangat di dalam warung. Bagas, Dimas, dan Ujang duduk di meja kayu bulat, masing-masing dengan secangkir kopi di tangan, sambil melihat ke luar jendela yang mulai berembun.
Bagas: (menatap ke luar) Eh, Mas Dimas! Lihat tuh, banjir lagi. Gila, ya? Setiap tahun pasti ada aja.
Dimas: (mengangguk sambil menyeruput kopinya) Iya, Gas. Banjir ini bikin pusing. Aku udah capek lihat berita tentang banjir. Kadang aku mikir, apa sih yang salah?
Ujang: (sambil mengaduk kopinya) Nah, itu dia. Kita udah punya flood barrier, tapi kenapa masih banjir?
Bagas: (mengalihkan perhatian dari jendela) Ngomong-ngomong soal flood barrier, kamu tahu tentang itu, kan?
Dimas: Oh, yang itu! Penghalang banjir yang dipasang di daerah rawan, ya? Banyak orang bilang itu solusi utama buat banjir.
Ujang: Betul! Tapi, seberapa efektif sih sebenarnya?
Bagas: Dari yang aku baca, flood barrier itu dirancang buat mencegah air banjir masuk ke area yang dilindungi. Biasanya terbuat dari beton atau bahan kuat lainnya.
Dimas: Oh, jadi mereka bisa berupa dinding permanen atau sistem yang bisa dipasang dan dibongkar?
Ujang: Iya, tepat banget! Tapi, ada juga kasus di mana flood barrier ini gagal total.
Bagas: Contohnya?
Dimas: Nah, di Jakarta, misalnya. Ada beberapa tempat yang udah dipasang flood barrier, tapi tetap aja kebanjiran. Itu karena desainnya kurang oke dan perawatannya juga nggak maksimal.
Ujang: Wah, jadi meskipun ada penghalang, tetap ada risiko banjir, ya?
Bagas: Iya, dan bukan cuma masalah teknis. Ada juga dampak sosial dan lingkungan yang harus dipikirin. Misalnya, pembangunan flood barrier bisa bikin lanskap berubah dan akses masyarakat jadi terganggu.
Dimas: Jadi, banyak faktor yang harus diperhatiin, ya?
Ujang: Betul! Aku juga sempat ngobrol sama beberapa ahli. Mereka bilang flood barrier bisa bantu mengurangi risiko banjir, tapi semua itu tergantung desain dan perawatan yang baik.
Bagas: Menarik! Terus, gimana pendapat warga yang tinggal di daerah dengan flood barrier?
Dimas: Mereka sih merasa lebih aman, tapi tetap khawatir tentang dampak jangka panjang. Ada yang bilang, “Kami merasa lebih tenang, tapi khawatir juga tentang lingkungan sekitar.”
Ujang: Pasti bikin mereka bingung, ya.
Bagas: Iya, dan pejabat pemerintah juga bilang mereka kesulitan dalam pendanaan dan perawatan. Mereka butuh dukungan dari masyarakat dan sektor swasta supaya flood barrier ini lebih efektif.
Dimas: Jadi, kesimpulannya apa? Apakah flood barrier itu solusi yang baik?
Ujang: Flood barrier bisa jadi solusi yang efektif, tapi tetap ada tantangan. Penting banget untuk melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan cari solusi alternatif, kayak pengelolaan air hujan.
Bagas: Setuju! Aku juga denger negara lain, kayak Belanda dan Jepang, punya teknologi flood barrier yang canggih. Kita bisa belajar dari mereka, ya?
Dimas: Iya, mereka menggabungkan teknologi tinggi dengan pendekatan yang lebih alami. Dan jangan lupa, kita juga perlu analisis biaya-manfaat supaya investasi dalam flood barrier sebanding dengan manfaatnya.
Ujang: Bener banget! Kadang aku mikir, apakah semua uang yang dikeluarkan untuk flood barrier itu sebanding dengan hasilnya?
Bagas: Nah, itu dia. Kita harus lihat apakah flood barrier benar-benar mengurangi risiko banjir atau justru memindahkan masalah ke tempat lain.
Dimas: Iya, dan aku juga khawatir tentang dampak lingkungan. Misalnya, kalau flood barrier bikin aliran sungai berubah, bisa jadi ada daerah lain yang jadi lebih rawan banjir.
Ujang: Betul! Dan itu yang sering diabaikan. Kita harus berpikir jangka panjang, bukan cuma solusi instan.
Bagas: Ngomong-ngomong, ada rekomendasi flood barrier yang bisa dipakai?
Dimas: Ada! Aku denger tentang L Shaped Flood Barrier dari PT Anugerah Atlantik. Produk ini dirancang buat kasih perlindungan maksimal dari risiko banjir di daerah perkotaan.
Ujang: Menarik! Sepertinya itu bisa jadi solusi yang oke. Tapi, apakah ada yang udah pakai dan berhasil?
Dimas: Iya, ada beberapa daerah yang udah mulai pakai dan hasilnya cukup menjanjikan. Tapi, tetap aja, perawatan dan pemeliharaannya harus diperhatikan.
Bagas: Hmm, jadi kita harus terus memantau dan evaluasi, ya?
Ujang: Tepat! Dan jangan lupa, kita juga bisa melibatkan masyarakat dalam proses ini. Masyarakat yang terlibat biasanya lebih peduli dan bertanggung jawab.
Dimas: Setuju! Semoga kita bisa lebih paham tentang efektivitas flood barrier dan pentingnya perencanaan yang matang buat ngatasi masalah banjir di Indonesia.
Bagas: Iya, semoga! Nah, sambil nunggu hujan reda, kita pesen kopi lagi, yuk!
Ujang: Haha, setuju! Ayo!
L shaped Flood Barrier tersedia dan dapat di pesan di PT Anugerah Atlantik.
Foto: Jalan di Surabaya yang banjir akibat hujan selama 5 jam, Selasa (24/12/2024).(KOMPAS.com/ANDHI DWI)